Jenis-Jenis Instrumen Asesmen: Tes Tertulis, Observasi, dan
Portofolio
Instrumen asesmen adalah alat yang digunakan oleh pendidik untuk mengukur,
mengevaluasi, dan menganalisis pencapaian belajar peserta didik. Instrumen
asesmen dapat berbentuk tes, observasi, maupun portofolio. Masing-masing jenis
memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan tersendiri yang perlu
dipahami untuk pemanfaatan yang optimal.
1. Tes
Tertulis Tes tertulis adalah salah satu jenis instrumen asesmen yang
paling umum digunakan di lingkungan pendidikan. Tes tertulis dirancang untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa berdasarkan jawaban yang mereka tuliskan
dalam bentuk esai, pilihan ganda, atau jawaban singkat (Nitko & Brookhart,
2011).
Kelebihan Tes Tertulis:
o
Mudah diadministrasikan untuk kelompok besar siswa.
o
Memberikan hasil yang terukur secara objektif,
terutama untuk soal pilihan ganda.
o
Mampu mencakup berbagai aspek pengetahuan dalam
waktu relatif singkat.
Kekurangan Tes Tertulis:
o
Cenderung kurang efektif untuk mengukur
keterampilan praktis atau sikap.
o
Dapat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa
terhadap format soal.
Contoh soal tes tertulis meliputi:
o
Soal pilihan ganda yang mengukur pemahaman
konsep tertentu.
o
Esai yang mengevaluasi kemampuan analitis siswa
dalam mengembangkan argumen.
2. Observasi
Observasi adalah metode asesmen yang dilakukan dengan mengamati secara langsung
perilaku, keterampilan, atau proses yang dilakukan oleh siswa. Observasi sering
digunakan untuk menilai aspek yang sulit diukur dengan tes tertulis, seperti
keterampilan sosial, motorik, atau sikap (Linn & Miller, 2005).
Kelebihan Observasi:
o
Mampu menangkap data yang lebih mendalam tentang
proses pembelajaran siswa.
o
Cocok untuk mengukur keterampilan praktis dan
sikap.
Kekurangan Observasi:
o
Memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengumpulan
data.
o
Rentan terhadap bias penilai jika kriteria tidak
didefinisikan dengan jelas.
Contoh penerapan observasi meliputi:
o
Mengamati siswa saat bekerja dalam kelompok
untuk mengevaluasi keterampilan kolaborasi.
o
Menilai kemampuan motorik siswa dalam pelajaran
pendidikan jasmani.
3. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan karya siswa yang dipilih dan dikompilasi untuk
menunjukkan pencapaian, keterampilan, atau proses belajar mereka. Instrumen ini
sering digunakan untuk menilai perkembangan siswa secara holistik (Barrett,
2007).
Kelebihan Portofolio:
o
Memberikan gambaran menyeluruh tentang kemajuan
siswa.
o
Mendorong siswa untuk merefleksikan proses
pembelajaran mereka.
Kekurangan Portofolio:
o
Membutuhkan waktu yang signifikan untuk
persiapan dan evaluasi.
o
Memerlukan panduan yang jelas agar siswa
memahami karya apa yang harus disertakan.
Contoh portofolio meliputi:
o
Kumpulan esai siswa selama satu semester.
o
Dokumentasi proyek seni atau hasil eksperimen
ilmiah.
Teknik Menyusun Butir Soal yang Baik
Penyusunan butir soal yang baik merupakan langkah penting dalam menghasilkan
asesmen yang valid dan reliabel. Berikut adalah langkah-langkah dan
prinsip-prinsip dalam menyusun butir soal yang efektif:
1. Merumuskan
Tujuan yang Jelas Setiap butir soal harus dirancang berdasarkan tujuan
pembelajaran yang spesifik. Tujuan ini akan menjadi dasar untuk menentukan
jenis dan tingkat kesulitan soal (Anderson & Krathwohl, 2001).
2. Menentukan
Jenis Soal Pemilihan jenis soal harus sesuai dengan kemampuan yang
ingin diukur. Misalnya:
o
Soal pilihan ganda untuk mengukur pengetahuan
faktual.
o
Soal esai untuk mengevaluasi kemampuan analisis
dan sintesis.
3. Menyusun
Stem yang Jelas Stem adalah bagian utama dari soal yang berisi
pertanyaan atau pernyataan. Stem harus dirumuskan secara jelas, bebas dari
ambiguitas, dan relevan dengan tujuan pembelajaran.
Contoh stem yang baik:
o
"Manakah dari berikut ini yang merupakan
ciri khas sistem ekonomi pasar?"
4. Menyediakan
Pilihan Jawaban yang Logis (untuk soal pilihan ganda)
o
Hindari penggunaan pilihan jawaban yang terlalu
panjang atau terlalu pendek.
o
Pastikan hanya ada satu jawaban yang benar.
o
Pilihan pengecoh (distractor) harus masuk akal
dan berbasis kesalahan umum yang sering dilakukan siswa.
5. Menghindari
Bias Bahasa Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh
semua siswa, terlepas dari latar belakang budaya atau sosial mereka.
6. Melakukan
Uji Coba Soal Sebelum digunakan secara resmi, butir soal sebaiknya
diuji coba pada kelompok siswa untuk mengevaluasi tingkat kesulitan, daya
pembeda, dan keefektifan distraktor.
Analisis Instrumen Asesmen
Setelah asesmen dilakukan, analisis instrumen perlu dilakukan untuk
memastikan bahwa alat yang digunakan mampu mengukur kemampuan siswa secara
valid dan reliabel. Ada beberapa langkah dan teknik dalam analisis instrumen
asesmen:
1. Analisis
Tingkat Kesulitan Tingkat kesulitan soal mengacu pada proporsi siswa
yang mampu menjawab soal dengan benar. Soal yang terlalu mudah atau terlalu
sulit sebaiknya direvisi untuk meningkatkan kualitas asesmen.
o
Rumus tingkat kesulitan: di mana adalah tingkat
kesulitan, adalah jumlah siswa yang menjawab benar, dan adalah total jumlah
siswa.
2. Analisis
Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa
yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda yang baik menunjukkan
bahwa soal tersebut efektif dalam mengukur kemampuan siswa.
o
Rumus daya pembeda: di mana adalah jumlah siswa
dari kelompok atas yang menjawab benar, adalah jumlah siswa dari kelompok bawah
yang menjawab benar, dan adalah jumlah total siswa.
3. Reliabilitas
Instrumen Reliabilitas instrumen dapat diukur menggunakan berbagai
metode, seperti koefisien Cronbach Alpha untuk soal yang memiliki lebih dari
dua kategori jawaban (Cronbach, 1951). Nilai reliabilitas yang tinggi
menunjukkan konsistensi hasil asesmen.
4. Validitas
Instrumen Validitas instrumen dievaluasi untuk memastikan bahwa
instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis validitas yang sering
digunakan meliputi validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria
(Messick, 1989).
5. Analisis
Kualitatif Selain analisis kuantitatif, penting untuk melakukan
analisis kualitatif terhadap instrumen, seperti mengidentifikasi potensi bias,
kejelasan bahasa, dan relevansi soal terhadap tujuan pembelajaran.
Kesimpulan
Pemilihan, penyusunan, dan analisis instrumen asesmen merupakan proses yang
kompleks namun krusial dalam pendidikan. Tes tertulis, observasi, dan
portofolio memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menyusun butir soal yang baik
memerlukan perencanaan yang matang, sementara analisis instrumen membantu
memastikan validitas, reliabilitas, dan keadilan asesmen. Dengan memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip ini, pendidik dapat menghasilkan asesmen yang tidak
hanya mengukur kemampuan siswa secara akurat, tetapi juga mendukung proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Referensi
·
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A
taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom's taxonomy
of educational objectives. New York: Longman.
·
Barrett, H. C. (2007). Researching electronic
portfolios and learner engagement: The REFLECT initiative. Journal of
Adolescent & Adult Literacy, 50(6), 436-449.
·
Cronbach, L. J. (1951). Coefficient alpha and
the internal structure of tests. Psychometrika, 16(3), 297-334.
·
Linn, R. L., & Miller, M. D. (2005). Measurement
and assessment in teaching (9th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson.
·
Messick, S. (1989). Validity. In R. L. Linn
(Ed.), Educational Measurement (3rd ed., pp. 13-103). New York:
American Council on Education and Macmillan.
·
Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2011). Educational
assessment of students (6th ed.). Boston: Pearson.
Comments
Post a Comment