Skip to main content

BAB 6: Penyusunan Instrumen Asesmen

 

Jenis-Jenis Instrumen Asesmen: Tes Tertulis, Observasi, dan Portofolio

Instrumen asesmen adalah alat yang digunakan oleh pendidik untuk mengukur, mengevaluasi, dan menganalisis pencapaian belajar peserta didik. Instrumen asesmen dapat berbentuk tes, observasi, maupun portofolio. Masing-masing jenis memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan tersendiri yang perlu dipahami untuk pemanfaatan yang optimal.

1.      Tes Tertulis Tes tertulis adalah salah satu jenis instrumen asesmen yang paling umum digunakan di lingkungan pendidikan. Tes tertulis dirancang untuk mengukur kemampuan kognitif siswa berdasarkan jawaban yang mereka tuliskan dalam bentuk esai, pilihan ganda, atau jawaban singkat (Nitko & Brookhart, 2011).

Kelebihan Tes Tertulis:

o    Mudah diadministrasikan untuk kelompok besar siswa.

o    Memberikan hasil yang terukur secara objektif, terutama untuk soal pilihan ganda.

o    Mampu mencakup berbagai aspek pengetahuan dalam waktu relatif singkat.

Kekurangan Tes Tertulis:

o    Cenderung kurang efektif untuk mengukur keterampilan praktis atau sikap.

o    Dapat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap format soal.

Contoh soal tes tertulis meliputi:

o    Soal pilihan ganda yang mengukur pemahaman konsep tertentu.

o    Esai yang mengevaluasi kemampuan analitis siswa dalam mengembangkan argumen.

2.      Observasi Observasi adalah metode asesmen yang dilakukan dengan mengamati secara langsung perilaku, keterampilan, atau proses yang dilakukan oleh siswa. Observasi sering digunakan untuk menilai aspek yang sulit diukur dengan tes tertulis, seperti keterampilan sosial, motorik, atau sikap (Linn & Miller, 2005).

Kelebihan Observasi:

o    Mampu menangkap data yang lebih mendalam tentang proses pembelajaran siswa.

o    Cocok untuk mengukur keterampilan praktis dan sikap.

Kekurangan Observasi:

o    Memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengumpulan data.

o    Rentan terhadap bias penilai jika kriteria tidak didefinisikan dengan jelas.

Contoh penerapan observasi meliputi:

o    Mengamati siswa saat bekerja dalam kelompok untuk mengevaluasi keterampilan kolaborasi.

o    Menilai kemampuan motorik siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani.

3.      Portofolio Portofolio adalah kumpulan karya siswa yang dipilih dan dikompilasi untuk menunjukkan pencapaian, keterampilan, atau proses belajar mereka. Instrumen ini sering digunakan untuk menilai perkembangan siswa secara holistik (Barrett, 2007).

Kelebihan Portofolio:

o    Memberikan gambaran menyeluruh tentang kemajuan siswa.

o    Mendorong siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran mereka.

Kekurangan Portofolio:

o    Membutuhkan waktu yang signifikan untuk persiapan dan evaluasi.

o    Memerlukan panduan yang jelas agar siswa memahami karya apa yang harus disertakan.

Contoh portofolio meliputi:

o    Kumpulan esai siswa selama satu semester.

o    Dokumentasi proyek seni atau hasil eksperimen ilmiah.

Teknik Menyusun Butir Soal yang Baik

Penyusunan butir soal yang baik merupakan langkah penting dalam menghasilkan asesmen yang valid dan reliabel. Berikut adalah langkah-langkah dan prinsip-prinsip dalam menyusun butir soal yang efektif:

1.      Merumuskan Tujuan yang Jelas Setiap butir soal harus dirancang berdasarkan tujuan pembelajaran yang spesifik. Tujuan ini akan menjadi dasar untuk menentukan jenis dan tingkat kesulitan soal (Anderson & Krathwohl, 2001).

2.      Menentukan Jenis Soal Pemilihan jenis soal harus sesuai dengan kemampuan yang ingin diukur. Misalnya:

o    Soal pilihan ganda untuk mengukur pengetahuan faktual.

o    Soal esai untuk mengevaluasi kemampuan analisis dan sintesis.

3.      Menyusun Stem yang Jelas Stem adalah bagian utama dari soal yang berisi pertanyaan atau pernyataan. Stem harus dirumuskan secara jelas, bebas dari ambiguitas, dan relevan dengan tujuan pembelajaran.

Contoh stem yang baik:

o    "Manakah dari berikut ini yang merupakan ciri khas sistem ekonomi pasar?"

4.      Menyediakan Pilihan Jawaban yang Logis (untuk soal pilihan ganda)

o    Hindari penggunaan pilihan jawaban yang terlalu panjang atau terlalu pendek.

o    Pastikan hanya ada satu jawaban yang benar.

o    Pilihan pengecoh (distractor) harus masuk akal dan berbasis kesalahan umum yang sering dilakukan siswa.

5.      Menghindari Bias Bahasa Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua siswa, terlepas dari latar belakang budaya atau sosial mereka.

6.      Melakukan Uji Coba Soal Sebelum digunakan secara resmi, butir soal sebaiknya diuji coba pada kelompok siswa untuk mengevaluasi tingkat kesulitan, daya pembeda, dan keefektifan distraktor.

Analisis Instrumen Asesmen

Setelah asesmen dilakukan, analisis instrumen perlu dilakukan untuk memastikan bahwa alat yang digunakan mampu mengukur kemampuan siswa secara valid dan reliabel. Ada beberapa langkah dan teknik dalam analisis instrumen asesmen:

1.      Analisis Tingkat Kesulitan Tingkat kesulitan soal mengacu pada proporsi siswa yang mampu menjawab soal dengan benar. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit sebaiknya direvisi untuk meningkatkan kualitas asesmen.

o    Rumus tingkat kesulitan: di mana adalah tingkat kesulitan, adalah jumlah siswa yang menjawab benar, dan adalah total jumlah siswa.

2.      Analisis Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda yang baik menunjukkan bahwa soal tersebut efektif dalam mengukur kemampuan siswa.

o    Rumus daya pembeda: di mana adalah jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar, adalah jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar, dan adalah jumlah total siswa.

3.      Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen dapat diukur menggunakan berbagai metode, seperti koefisien Cronbach Alpha untuk soal yang memiliki lebih dari dua kategori jawaban (Cronbach, 1951). Nilai reliabilitas yang tinggi menunjukkan konsistensi hasil asesmen.

4.      Validitas Instrumen Validitas instrumen dievaluasi untuk memastikan bahwa instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis validitas yang sering digunakan meliputi validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria (Messick, 1989).

5.      Analisis Kualitatif Selain analisis kuantitatif, penting untuk melakukan analisis kualitatif terhadap instrumen, seperti mengidentifikasi potensi bias, kejelasan bahasa, dan relevansi soal terhadap tujuan pembelajaran.

Kesimpulan

Pemilihan, penyusunan, dan analisis instrumen asesmen merupakan proses yang kompleks namun krusial dalam pendidikan. Tes tertulis, observasi, dan portofolio memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menyusun butir soal yang baik memerlukan perencanaan yang matang, sementara analisis instrumen membantu memastikan validitas, reliabilitas, dan keadilan asesmen. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, pendidik dapat menghasilkan asesmen yang tidak hanya mengukur kemampuan siswa secara akurat, tetapi juga mendukung proses pembelajaran secara keseluruhan.

Referensi

·         Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. New York: Longman.

·         Barrett, H. C. (2007). Researching electronic portfolios and learner engagement: The REFLECT initiative. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 50(6), 436-449.

·         Cronbach, L. J. (1951). Coefficient alpha and the internal structure of tests. Psychometrika, 16(3), 297-334.

·         Linn, R. L., & Miller, M. D. (2005). Measurement and assessment in teaching (9th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson.

·         Messick, S. (1989). Validity. In R. L. Linn (Ed.), Educational Measurement (3rd ed., pp. 13-103). New York: American Council on Education and Macmillan.

·         Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2011). Educational assessment of students (6th ed.). Boston: Pearson.

Comments

Popular posts from this blog

Pendahuluan Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Pendahuluan 1.1. Pengertian Peserta Didik Peserta didik merupakan subjek utama dalam sistem pendidikan yang berperan sebagai individu yang menjalani proses pembelajaran. Secara terminologi, peserta didik adalah individu yang berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal, dengan tujuan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu untuk mengembangkan potensi dirinya. Dalam konteks formal, peserta didik sering merujuk pada siswa di sekolah atau mahasiswa di perguruan tinggi yang terlibat dalam proses pembelajaran yang terstruktur. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Definisi ini menegaskan bahwa peserta didik tidak hanya terbatas pada anak usia sekolah, tetapi mencakup individu di berbagai usia yang terlibat dalam berbagai bentuk pendidikan (Keme...

Latar belakang dan urgensi filosofi dalam sistem pendidikan.

Filosofi Pendidikan Indonesia (Bagian 1)    Bagikan di Facebook   Bagikan di WhatsApp a.       Latar belakang dan urgensi filosofi dalam sistem pendidikan. Pendidikan adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat yang berdaya saing, inklusif, dan bermoral. Filosofi pendidikan memberikan kerangka konseptual yang membimbing praktik dan tujuan pendidikan dalam membentuk individu yang holistik. Sebagai dasar pemikiran yang mendalam, filosofi pendidikan mengarahkan sistem pendidikan agar tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan semata, tetapi juga pada pengembangan karakter, nilai-nilai kemanusiaan, dan kemampuan berpikir kritis. Pandangan ini menjadi relevan di tengah tantangan global, seperti peningkatan kompleksitas teknologi, kemerosotan moral, dan ketimpangan sosial, yang membutuhkan individu dengan kesadaran etik dan kemampuan reflektif untuk menjawab permasalahan masa kini (Dewey, 1938; Noddings, 2013). Urgensi filosofi dalam ...

Dukungan Prabowo: Insentif Guru Non-ASN Rp 2 Juta, Guru ASN 1 Kali Gaji

WartaHarian , 26 November 2024 – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menerima Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, di Istana Merdeka. Dalam pertemuan ini, sejumlah isu strategis di bidang pendidikan menjadi topik pembahasan, termasuk kebijakan pembelajaran coding, evaluasi sistem zonasi PPDB, peringatan Hari Guru Nasional 2024, serta peningkatan kesejahteraan guru. Pemerintah tengah mengkaji penerapan pembelajaran pemrograman komputer atau coding sebagai bagian dari kurikulum pilihan di sekolah. Kebijakan ini direncanakan dimulai dari jenjang pendidikan dasar, kemungkinan dari kelas 4 ke atas. Presiden Prabowo Subianto menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif tersebut, dengan harapan pembelajaran coding dapat membekali generasi muda untuk menghadapi tantangan era digital yang semakin kompleks. Terkait dengan sistem zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Presiden Prabowo menginstruksikan agar dilakukan kajian mendalam untuk menye...