Filosofi
Pendidikan Indonesia (Bagian 1)
a. Latar belakang dan urgensi filosofi dalam sistem pendidikan.
Pendidikan adalah fondasi utama
dalam membangun masyarakat yang berdaya saing, inklusif, dan bermoral. Filosofi
pendidikan memberikan kerangka konseptual yang membimbing praktik dan tujuan
pendidikan dalam membentuk individu yang holistik. Sebagai dasar pemikiran yang
mendalam, filosofi pendidikan mengarahkan sistem pendidikan agar tidak hanya
berfokus pada transfer pengetahuan semata, tetapi juga pada pengembangan
karakter, nilai-nilai kemanusiaan, dan kemampuan berpikir kritis. Pandangan ini
menjadi relevan di tengah tantangan global, seperti peningkatan kompleksitas
teknologi, kemerosotan moral, dan ketimpangan sosial, yang membutuhkan individu
dengan kesadaran etik dan kemampuan reflektif untuk menjawab permasalahan masa
kini (Dewey, 1938; Noddings, 2013).
Urgensi filosofi dalam sistem
pendidikan muncul karena adanya kekosongan arah yang sering kali dialami oleh sistem
pendidikan modern. Ketergantungan yang berlebihan pada metrik kuantitatif
seperti nilai ujian atau indikator hasil belajar sering kali mengaburkan tujuan
utama pendidikan sebagai sarana pembentukan karakter dan moral. Dalam pandangan
filsafat pendidikan, seperti humanisme dan progresivisme, pendidikan harus
membentuk individu yang tidak hanya cakap secara intelektual tetapi juga
memiliki empati, kreativitas, dan pemahaman mendalam tentang dirinya sendiri
serta masyarakat di sekitarnya (Freire, 1970). Filosofi ini memberikan pijakan
untuk menjadikan pendidikan sebagai alat transformasi sosial yang bermakna.
Selain itu, filosofi pendidikan
membantu menjawab perdebatan fundamental terkait "apa yang harus
diajarkan" dan "mengapa kita mengajar". Filosofi seperti
pragmatisme menawarkan pendekatan pendidikan yang berorientasi pada
problem-solving, sementara idealisme menekankan nilai-nilai universal yang
harus diinternalisasi oleh peserta didik (Knight, 2006). Integrasi filosofi
dalam pendidikan memastikan bahwa sistem ini mampu mempertahankan relevansi di
tengah dinamika sosial, budaya, dan teknologi yang terus berkembang.
Dalam konteks Indonesia,
pentingnya filosofi dalam pendidikan semakin relevan dengan diterapkannya
nilai-nilai Pancasila sebagai panduan pendidikan nasional. Hal ini mendorong
pengintegrasian nilai-nilai kebangsaan, keberagaman, dan keadilan dalam
kurikulum, sejalan dengan cita-cita mencetak generasi penerus bangsa yang
berkarakter dan adaptif terhadap perubahan global (Kemendikbud, 2021). Oleh
karena itu, pengembangan sistem pendidikan berbasis filosofi adalah upaya
strategis untuk mencapai tujuan jangka panjang pembangunan manusia yang
berkelanjutan.
b.
Relevansi filosofi pendidikan
dengan tantangan zaman.
Filosofi pendidikan berperan
penting dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. Dengan kerangka
berpikir yang mendalam, filosofi pendidikan menyediakan arah dan panduan untuk
merespons perubahan global, seperti perkembangan teknologi, transformasi
sosial, dan kompleksitas hubungan antarnegara. Di era Revolusi Industri 4.0,
misalnya, kebutuhan akan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi
menjadi sangat penting. Filosofi pendidikan, terutama pragmatisme dan
progresivisme, mendukung pendekatan yang menekankan pembelajaran berbasis
masalah (problem-based learning) dan adaptabilitas, sehingga peserta didik
mampu menghadapi dinamika dunia kerja dan kehidupan modern (Dewey, 1938; Collis
& Moonen, 2001).
Tantangan zaman seperti disrupsi
teknologi juga memunculkan dilema etika dan sosial, yang membutuhkan individu
dengan kesadaran moral dan etika yang kuat. Filosofi pendidikan berperan dalam
menanamkan nilai-nilai universal seperti keadilan, kejujuran, dan keberlanjutan
melalui pendidikan berbasis karakter. Pandangan idealisme, misalnya, menekankan
pentingnya membangun kesadaran akan nilai-nilai tersebut dalam membentuk
individu yang berkontribusi positif terhadap masyarakat (Knight, 2006). Dengan
filosofi ini, pendidikan tidak hanya berorientasi pada hasil kuantitatif, tetapi
juga membangun moralitas peserta didik.
Selain itu, filosofi pendidikan membantu menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, relevan, dan responsif terhadap ketimpangan sosial dan budaya. Tantangan global, seperti krisis iklim dan ketidaksetaraan ekonomi, menuntut pendekatan pendidikan yang holistik dan berpijak pada nilai-nilai humanisme. Dalam pendekatan ini, filosofi pendidikan mendorong integrasi nilai keberlanjutan dan kesetaraan dalam kurikulum, yang akan membekali generasi mendatang untuk berpikir dan bertindak secara etis serta bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sesama (Freire, 1970; Noddings, 2013).
Di Indonesia, relevansi filosofi pendidikan semakin kuat dalam menghadapi tantangan globalisasi dan pergeseran nilai sosial. Nilai-nilai Pancasila yang menjadi landasan filosofi pendidikan nasional memberikan panduan dalam menjaga identitas kebangsaan, keberagaman, dan solidaritas di tengah arus modernisasi. Dengan mengintegrasikan filosofi pendidikan dalam sistem kurikulum, pendidikan nasional mampu menjawab tantangan global sekaligus menjaga kearifan lokal (Kemendikbud, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa filosofi pendidikan bukan hanya konsep teoretis, tetapi juga alat strategis dalam menavigasi tantangan kompleksitas zaman.
1.
Dewey, J. (1938). Experience
and Education. New York: Macmillan.
2.
Freire, P. (1970). Pedagogy of
the Oppressed. New York: Herder and Herder.
3.
Kemendikbud. (2021). Kurikulum
Nasional dan Implementasi Nilai-nilai Pancasila. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
4.
Knight, G. R. (2006). Philosophy
& Education: An Introduction in Christian Perspective. Michigan:
Andrews University Press.
5.
Noddings, N. (2013). Education
and Democracy in the 21st Century. New York: Teachers College Press.
Comments
Post a Comment